Fanfiction - Please, Don't Go




Title              : Please, Don't Go
Format          : Chapter
Main Cash    : Shin Kyung Mi (OC), Wu Yi Fan, Park Chanyeol, All Member EXO
Author          : IPWirawan
Genre            : Drama
Rate              : G


Shin Kyung Mi masih belum sadarkan diri sejak pria yang ia cintai masuk kedalam ruang operasi. Dalam tidurnya, ia terus menangis mengingat apa yang baru saja terjadi pada pria itu bahkan semua kejadian yang ia lihat sebelumnya muncul dalam mimpinya.

Sedangkan seorang pria lain hanya bisa menantikan kabar dari teman dekat pria itu dan terus menanti Kyung Mi yang belum juga sadar. Dikepalanya terus terngiang semua ucapan yang pria itu katakan dan permintaan ‘mantan sahabat’nya yang memintanya untuk menikahi gadis di hadapannya.

“Kami akan pergi setelah dia selesai di operasi. Dia ingin kau menjaga Kyung Mi dan buat dia melupakannya.”

Ia harus melakukan hal tersebut sebagai balasan atas semua yang pernah dia lakukan pada pria itu dan juga sebagai ungkapan terima kasihnya pada Kyung Mi yang telah menyelamatkannya. Namun apakah ia bisa melakukannya dan meyakinkan Kyung Mi?



SATU



Kyung Mi

Berteman? Aku rasa itu hal bodoh yang bisa orang lain lakukan. Hal naif yang di lakukan orang-orang untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan. Aku tidak pernah berfikir mereka punya niat baik jika berada di dekatku, yang aku yakini mereka hanya ingin memanfaatkanku. Itulah sebabnya mengapa sampai hari ini aku tak pernah punya teman. Aku lelah untuk berada dekat dengan orang lain.

Sejak dulu, setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan dariku mereka akan segera pergi dan berubah menjadi orang lain. Mungkin aku juga terlalu naif, terus berusaha untuk memiliki teman agar tak merasa sendiri. Tapi hal itu terus menyiksa perasaanku dan setelah menyadarinya, akan sangat baik untukku jika hidup sendirian seperti ini.

“Ketua, kita akan ada rapat malam ini.” seseorang tiba-tiba masuk kedalam ruanganku.

“Susun saja berkasnya.”

“Baik ketua.”

Hari ini akan sangat sibuk. Terlalu banyak kasus yang masuk ke kantor belakangan ini. Lembur dan lembur, tak ada waktu untuk istirahat bahkan malam hari.

Bekerja sendiri di dalam ruangan kerja adalah hal yang paling menyenangkan untukku. Hanya di temani sebuah komputer dan berkas-berkas yang harus di selesaikan, lebih menyenangkan dari pada terus berada dibawah pandangan mata orang lain.

RING RING RING. Telfon kantorku tiba-tiba memecahan konsentrasiku terhadap semua tugasku.

“Halo, detektif Shin di sini.”

Ketua, keruangan saya sekarang.” terdengar suara kepala divisi dari ujung telpon.

“Baik pak.”

Aku segera beranjak dari ruang kerjaku menuju ruang kepala divisi. Sedikit terganggu sebenarnya, harus keluar dari ruang kesukaanku dan datang keruang kepala divisi namun bagaimanapun harus aku tetap melakukannya demi pekerjaanku.

“Saya datang. Ada apa pak?” ucapku sesaat setelah masuk keruangan kepala divisi.

“Oh ketua Shin, silahkan duduk.” Ucapnya sesaat setelah melihatku dan segera memintaku duduk di kursi yang ada di depannya. “Seperti yang sudah saya katakan kemarin, akan ada anggota baru yang menjadi bawahanmu. Ini perkenalkan Wu Yi Fan, dia sebelumnya dari kantor Hongkong, dia akan menggantikan detektif Jang selama lima bulan kedepan. Mohon di bimbing.”

Aku pun menghamburkan senyum kearah pria tinggi itu dan mengulurkan tanganku. “Rang bao, Shin Kyung Mi, wo shi dongshi zhang. Hen gaoxing yu nin hezuo (bicara dalam bahasa China - Saya ketua Shin Kyung Mi, senang bekerjasama dengan anda)*dari google translate.”

Namun tidak terduga, dia hanya melihat kearahku dengan ekspresi wajah yang datar tanpa membalas senyumku ataupun jabatan tanganku. Ruang kepala divisi tiba-tiba terasa sangat panas di tengah keheningan diantara kami bertiga. Senyum di wajahku seketika itu juga menghilang setelah melihat sikap yang anak baru ini tunjukkan padaku yang jelas-jelas akan jadi atasannya.

“Ahh, ketua Shin lebih baik anda kembali ke ruangan anda, nanti kita bicarakan lagi.” pak Kim Yong Hwan yang merupakan kepala divisi memecah keheningan dan ucapannya itu sedikit meredakan emosiku.

Aku segera berdiri dan memalingkan pandanganku dari pria menyebalkan itu untuk memberi hormat pada pak Kim. Dia terlihat tidak enak padaku dan tersenyum saat melihatku. Aku segera berjalan meninggalkan ruangan itu dan kembali keruanganku.

Entah hanya perasaanku saja, namun semua mata yang ada di sepanjang perjalanan menatap kearahku. Tapi aku berusaha untuk tidak menggubris mereka dan terus berjalan. Perlakuan yang aku terima dari si anak baru bernama Wu Yi Fan itu mungkin sudah jadi tertawaan dan akan jadi perbincangan selama satu minggu kedepan. Aku hanya bisa bersabar menerima perlakuan itu.

Seperti yang sudah aku katakan, aku tak pernah punya teman bahkan di sini. Aku bahkan terkenal terlalu dingin di kalangan detektif. Pernah suatu hari aku mendengar beberapa bawahanku menyebarkan rumor bahwa aku telah di kutuk dan tidak akan pernah punya kekasih oleh para tersangka kasusku sebelum aku pindah ke kantor pusat ini. Namun tidak pernah sekalipun aku membantah atau menggubris mereka dan menjelaskan jika sebenarnya orang-orang seperti mereka yang telah membuat aku jadi seperti sekarang. Mungkin aku akan terus diam dan tetap seperti ini entah sampai kapan.

Malampun tiba, semua sudah berkumpul di ruang rapat termasuk kepala divisi dan si anggota baru dengan kesibukkan masing-masing. Suasana ruangan masih cukup berisik dengan bisikan-bisikan anggota wanita yang membicarakan tentang anggota baru itu. Aku hanya fokus pada berkas kasus yang akan kami tangani berikutnya sambil sesekali mendengar apa yang wanita-wanita genit itu katakan. Beberapa di antara mereka bicara jika anggota baru itu terlihat sangat tampan. Bagiku itu hanya sebuah bualan semata.

Semua riuh keributan di dalam ruangan rapat tiba-tiba hening setelah pak Kim berdiri. “Baiklah sebelum kita memulai rapat, ada hal yang harus saya sampaikan. Kalian pasti sudah bertanya-tanya tentang anggota baru kita. Tuan Wu, silahkan perkenalkan diri anda.”

Setelah di persilahkan pak Kim, anggota baru itu pun segera berdiri dari kursinya yang berada sedikit jauh dariku tapi tepat menghadap kearahku. Sesaat dia melihat kearahku dengan wajahnya yang tanpa ekspresi itu dan kemudian mengalihakan pandangnya kearah anggota lain. “Perkenalkan, saya Wu Yi Fan. Sebelumnya saya dari kantor Hongkong. Mohon kerjasamanya. Untuk ketua Shin mohon bimbingannya, saya minta maaf tentang ketidak sopanan saya tadi siang. Sekali lagi mohon bimbingannya.” Ucapannya berakhir seraya menundukkan badannya kearah anggota dan kearahku diiringi tepukan tangan seluruh anggota termasuk aku. Diapun segera duduk sesaat setelah itu. Aku sedikit terkejut mendengar dia fasih berbahasa korea namun tetap menahan rasa terkejutku di dalam hati.

“Baiklah, mari kita mulai lagi rapat kita malam ini. Tadi siang kita mendapat 3 permintaan kasus dan kita akan bagi menjadi tiga tim. Semua tim akan di koordinasikan oleh ketua Shin dan setiap tim akan memiliki 5 anggota. Nama-nama tiap anggota ada di kertas yang ada di depan kalian. Kasus pertama, untuk pembunuhan di distrik Dongjak dan penyelidikan kasus ini akan di ketuai oleh ketua Shin sendiri. Kasus kedua untuk pencurian di distrik Gwangjin di ketuai oleh detektif Hwang. Kasus ketiga untuk kasus penculikan di Seongdong, akan di ketuai oleh detektif Kim.” Pak Kim kemudian memberikan kesempatan kepada kami untuk membaca kertas yang ia bagikan.

Seluruh ruangan menjadi hening seketika dan hanya suara kertas yang berkali-kali bersentuhan dengan kertas lainnya yang terdengar. Aku juga ikut fokus membaca nama-nama dan berkas baru yang ada di tanganku.


Deskripsi Kasus

Ketua Tim          : Shin Kyung Mi
Anggota               : Jang Go Ryung, Min Woo Young, Do In Myung, Wu Yi Fan
Kasus                   : Pembunuhan
Lokasi                  : Distrik Dongjak, rumah keluarga Kang Goo Chul
Korban                : Putra ketiga keluarga Kang Goo Chul, Kang Tae Hwan
Berkas disajikan terlampir


Kasus ini akan di tangani oleh tim 1. Anak ketiga keluarga Kang meninggal dunia dan polisi menduga bahwa ini adalah kasus pembunuhan. Jenazah di temukan oleh ibu pemilik rumah pukul 6 pagi saat ingin membangunkan anak ketiga mereka yang harus kuliah.
Kondisi korban saat di temukan :
-          Kedua tangan di ikat kebelakang
-          Terdapat bekas cekikan membiru di sekitar leher
-          Mulut tertutup
-          Terdapat beberapa pukulan benda tumpul di bagian punggung dan kepala bagian belakang
-          Waktu kematian di perkirakan pukul 11 dini hari.

Menurut keterangan keluarga, di malam kejadian hanya ada ibu pemilik rumah dan istri dari anak pertama, saat kejadian tak ada yang mendengar apapun dari kamar anak ketiga mereka. Anggota keluarga lain sedang pergi keluar rumah dan dalam tugas masing-masing. Kepala keluarga Kang Goo Chul, sedang dalam perjalanan bisnis ke Jepang. Anak pertama, Kang Tae Hyun lembur di kantor milik sang ayah. Sedangkan anak kedua, Kang Tae Ryeon sedang berada di apartementnya di distrik Gangnam dan sedang menyiapkan data akhir kuliah. Setiap anggota keluarga memiliki alibi yang cukup kuat.

Di tempat kejadian, tepatnya kamar di lantai dua terdapat beberapa jejak sepatu boots berlumuran darah dan beberapa barang berharga milik korban juga ikut hilang, seperti laptop dan dompet. Namun tidak ada sidik jari di barang bukti yang ada di kamar korban.

Pada awal penyelidikan kasus ini, di duga pelaku hanya berniat mencuri namun korban memergoki pelaku di kamarnya. Karena takur, pelaku pun menyekap korban dan melakukan pembunuhan kepada korban dengan cara memukulkan tongkat basball milik korban berulang kali di bagian punggung dan kepala korban. Namun dalam perkembangan penyelidikan pihak kepolisian menemukan beberapa kejanggalan yaitu sejak pukul 10 malam CCTV di rumah itu khususnya yang berada di lantai dua dan di kamar korban tidak merekam kejadian apapun (tidak aktif). Dengan kata lain seseorang sengaja membunuh korban dan mematikan kamera CCTV agar tak merekam kejadian apapun dari kamar korban.

Untuk sementara, polisi menetapkan kejahatan ini dilakukan oleh pihak dalam atau kerabat dekat korban.

Kasus ini akan sedikit sulit. Tidak ada sidik jari dan kecenderungan pencurian juga cukup besar di dalamnya. Banyak data yang harus di lihat langsung termasuk tempat kejadian.

“Ketua Shin, detektif Hwang, detektif Kim, sekarang saya serahkan pada kalian untuk mengadakan rapat internal per tim. Saya akan tunggu hasil rapat dan observasi kalian. Ketua Shin silahkan ambil alih rapat.”

Seisi ruangan pun terfokus pada ketua Kim dan terlihat sangat serius, “Siap ketua” ucap semua detektif bersamaan sesaat setelah ketua Kim selesai bicara.

Sesaat ruang kembali ribut dengan suara para detektif yang sibuk dengan berkas yang sedang mereka pegang. Beberapa detektif wanita masih membicarakan tentang anggota baru, Wu Yi Fan. Aku tidak begitu peduli dengan mereka dan hanya fokus pada beberapa foto yang ada di tanganku. Namun lama kelamaan aku semakin tidak tahan dengan keributan yang ada di ruang rapat itu dan segera meletakkan berkas-berkasku kemudian memperhatikan beberapa orang penyebab keributan yang tidak penting itu. Sesaat kemudian mereka berhenti bercerita dan kembali melihat kearah berkas mereka dengan tenang. Aku pun segera berdiri dan membuat seluruh orang didalam ruangan menjadi tenang seketika.

“Agar tidak membuang-buang waktu, sebaiknya kita adakan rapat internal di tim masing-masing. Untuk tim satu silahkan keruangan saya sekarang, detektif Hwang dan detektif Kim silahkan mengambil alih tim masing-masing. Sebagai koodinasi awal, besok malam saya tunggu hasil penyelidikan kalian.”

“Baik!!” seluruh detektif pun menjawab dengan serentah dan seolah senada.

Aku pun segera keluar dari ruangan itu di ikuti anggota tim satu. Tidak berapa lama kami pun sampai di ruangan kerjaku dan mereka segera duduk di beberapa kursi yang ada di depan mejaku. Beruntung kali ini timku terdiri dari orang-orang yang tidak banyak merumpi.

Tanpa membuang waktu, aku pun segera memulai rapat dengan ke empat anggotaku, “Dari data-data yang ada di sini, ada hal aneh yang bisa kalian temukan?”

Pertanyaanku pun segera di respon oleh detektif Min Woo Young, “Ketua, kita belum bisa memastikan apapun hanya karena dari foto-foto ini saja. Jujur, aku melihat kecenderungan pencurian lebih besar dalam kasus kali ini dari pada pembunuhan.”

Dan tidak berapa lama detektif Do In Myung juga merespon “Benar ketua, tapi aku masih merasa ini pembunuhan berencana. Melihat kebenaran bahwa CCTV lantai dua tidak berfungsi, sangat besar kemungkinan ini pembunuhan berencana berkedok pencurian untuk membuat alibi.”

Diskusi kami berjalan cukup alot, namun tidak menemukan titik terang apapun. Kami mengakhiri rapat tepat pukul 11 malam dan keputusan akhir kami akan berkumpul kantor pukul 9 pagi kemudian berangkat kelokasi kejadian setelah breafing.

Hampir semua detektif di kantor itu sudah pulang, hanya beberapa orang yang belum pulang dan sepertinya masih merapikan meja masing-masing. Setelah merapikan meja dan ruangan kerja, aku pun segera keluar dari ruangan kerjaku. Seperti biasa, tidak ada satupun orang yang menyapaku bahkan mengajakku pulang bersama.

Malam terasa sangat dingin. Aku tidak pernah naik kendaraan pribadi, bukan karena tidak ada uang untuk membelinya namun aku lebih suka naik kendaraan umum. Aku tidak perlu bersusah payah berkonsentrasi saat membawa kendaraan pribadi ketika sedang lelah karena lembur. Meski cukup lama menunggu, akhirnya bis yang mengarah kerumahku tiba.

Ada beberapa orang di atas sana dan hanya aku yang naik dari halte Gangnam, “baru pulang bu detektif.” aku pun hanya tersenyum lalu segera bergerak menuju kursi yang berada sisi belakang dan menghempaskan badanku di sana. Aku langsung memejamkan mataku dan tidak memperdulikan apapun yang ada di sekitarku.

Bis pun segera berjalan, namun tiba-tiba saja seseorang berteriak dari luar pintu “Ahjussi (paman - Sapaan untuk laki-laki yang sudah menikah/jauh lebih tua), tolong hentikan bisnya.” Sesaat kemudian bis pun berhenti dan paman pengemudi bis segera membuka pintu, “Terima kasih paman.”

Aku tidak membuka mataku untuk melihat apa yang terjadi dan terus saja berdiam diri di kursiku. Bis pun mulai berjalan. Tidak banyak lagi kendaraan pribadi yang berlalu lalang di jalan raya dan ini membuat bis bisa melaju cukup cepat. Tanpa sadar aku pun tertidur di atas bis dan terbangun tepat tiga halte sebelum daerah rumahku. Kini hanya ada tiga orang yang duduk di daerah depan, satu orang yang duduk satu baris denganku dan sepasang kekasih yang duduk di belakangku.

Tidak berapa lama kemudian bis pun berhenti di halte terdekat dengan rumahku. Aku pun bergegas untuk turun. Aku tidak tahu siapa saja yang turun di sini, namun aku rasa ada dua orang selain aku yang ikut turun. Aku berjalan sedikit tergesa-gesa untuk sampai kerumah, aku sangat merindukan tempat tidurku yang empuk di bawah jendela. Namun karena lelah, aku merasa jarak halte dan rumahku terasa sangat jauh.

Sesaat setelah sampai dirumah, suasana rumah benar-benar sangat sepi dan lampu di dalam rumah pun sudah di matikan. Aku bergegas menuju kamarku yang ada di lantai dua kemudian merebahkan badanku di atas tempat tidur yang sangat aku rindukan dan tertidur disana dengan lelap tanpa mengganti pakaianku.


****


Eonnii (Kakak - Sapaan adik perempuan kepada kakak perempuan) bangun!!!” suara adik sepupuku yang tinggal bersama keluargaku di rumah ini seolah menjadi alarmku untuk bangun di pagi hari. Selain berteriak keras, terkadang dia juga memukulkan bantal kebadanku berkali-kali hingga aku bangkit dari posisi tidurku.

Akupun bangkit dari posisi tidurku dengan mata yang setengah terbuka, “Araa!! (paham/mengerti).”

Diapun tersenyum melihatku bangun “Bibi sudah menyiapkan sarapan kesukaanmu hari ini, jadi cepatlah bangun eonni”, ucapnya seraya bergegas keluar dari kamarku.

Aku memalingkan wajahku untuk melihat kearah jam dinding yang ada di sisi kiri tempat tidurku. “OMOOO (ucapan terkejut)!!!” aku sedikit berteriak saat menyadari bahwa jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat 15 menit. Sontak aku langsung bergegas bangun untuk ke kamar mandi. Sepertinya tadi malam aku benar-benar kelelahan hingga aku bisa bangun kesiangan hari ini.

Sesaat setelah mandi, berpakaian dan berdandan, aku langsung bergegas ke ruang makan untuk sarapan. Di sana ada kedua orangtuaku dan dua orang sepupu yang tinggal bersama kami untuk sekolah di Seoul. Kedua orangtuaku sangat menyayangi sepupuku yang masih duduk di sekolah dasar itu.

Apa hanya aku anak dari keluarga ini? Kelihatannya begitu. Sebenarnya tidak. Aku bukan anak tunggal. Lalu kemana saudaraku? Dulu aku punya seorang kakak laki-laki yang jauh lebih tua dariku, namun pada saat aku baru menjalankan tahun pertamaku di sekolah menengah pertama dia meninggal.

Ketika itu dia sedang melaksanakan tugas pertamanya di pemadam kebakaran kota Seoul. Dia bahkan sempat mengajakku pergi makan ke restaurant kesukaanku dua jam sebelum tugasnya. Aku menyaksikan tugas pertama kakakku itu bersama ayah dan aku menyaksikan satu persatu korban di dalam apartemen berlantai 5 itu keluar bersama para petugas pemadam kebakaran. Ledakan sempat terjadi dari dalam apartemen itu dan menimbulkan kobaran api yang keluar dari jendela. Aku terus berdo’a dan terus berharap agar kakak baik-baik saja. Aku melihatnya diambang pintu keluar bersama seorang anak laki-laki yang mungki seumurku namun mereka terjatuh di sana ketika sebuah kayu berapi menimpa mereka hingga menutupi pandanganku.

Sontak hal itu membuatku berteriak dan berusaha masuk kedalam, namun ayah segera menahanku. Aku terus menangis di dekapan ayahku dan meronta untuk melepaskan diri dari ayah. Beberapa petugas bergegas menghampiri kakak untuk menyelamatkannya dan anak laki-laki yang bersamanya. Api terus berkobar di atas kayu yang menimpa kakakku. Mereka berhasil menyelamatkan anak itu dan membawanya keluar, akan tetapi saat mereka hendak mengangkat kayu dari tubuh kakak tiba-tiba saja terjadi ledakan dari dalam dan membuat semua petugas kecuali kakak terlempar keluar. Aku semakin histeris melihat api berkobar di tempat kakak terjatuh.

Sejak saat itulah aku tidak lagi memiliki saudara kandung. Setelah kehilangan kakak, tidak ada lagi satupun orang yang aku percaya. Hanya kakak yang aku percaya dan hanya dia yang memahamiku. Bahkan kedua orangtuaku tidak bisa seperti kakakku itu. Aku hanya bisa mengingat kenangan-kenangan indah bersama kakak ketika aku merasa sangat sedih dan kesepian.

Aku segera duduk di sebelah ibuku yang sedang memasukkan nasi goreng kesukaanku keatas piring makan “Hari ini aku lembur.” Ucapku singkat.

Sontak hal itu membuat ibu memalingkan wajahnya padaku, “kau tidak bisa pulang dulu nanti siang. Ibu ingin kita makan bersama di luar. Pulanglah saat makan siang ya.”

“Hari ini ada penyelidikan kasus penting, aku tidak bisa pergi dari TKP.”

“Ayolah, baiklah ibu akan menjemputmu nanti siang.”

“Aku tidak bisa berjanji.”

“Jika dia tidak bisa, jangan paksa dia.” Ucap ayah memecah perdebatan ringan diantara kami.

Ada apa ini, tidak biasanya ibu mengajakku pergi makan di luar. Tapi bagaimanapun aku tidak bisa pergi selama penyelidikan.

Tidak butuh waktu lama, aku akhirnya selesai makan dan langsung berangkat dengan terburu-buru. Butuh waktu setengah jam untuk sampai kantor naik kendaraan umum, namun bagaimanapun hanya dengan kendaraan umum aku bisa sampai ke kantor. Keadaan bis pagi itu sangat padat dan karena itu aku harus berdiri sampai 5 halte setelah rumahku. Hingga akhirnya aku sampai di kantor 15 menit sebelum janji pertemuan tim satu, namun aku sudah terlambat 15 menit untuk masuk kantor. Beruntungnya aku tidak di beri peringatan hari ini. Untuk anggota yang tidak memiliki tugas luar atau kasus pasti sudah mendapat sanksi dari atasan.

Akupun langsung berjalan menuju ruangan kerjaku melewati meja-meja para detektif yang terlihat sangat sibuk dengan berkas masing-masing. Beberapa orang menyapaku seolah tidak tahu kebiasaanku yang tidak akan pernah menjawab ucapan mereka itu.

Aku segera menghela nafas panjang sesaat setelah duduk di kursiku. Semua berkas-berkas yang ada di tas dan laci segeraku keluarkan. Satu per satu aku memperhatikan semua berkas dari tasku. Namun astaga, satu file penting tidak ada di tasku dan sepertinya tertinggal di atas meja makan. Aku kembali menghela nafas panjang dan langsung mengambil ganggang telfon di atas meja kerjaku untuk menelfon ibu di rumah.

Ditengah nada tunggu telfon, seseorang langsung masuk keruanganku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Sontak aku langsung memalingkan pandanganku kearah pintu dengan tatapan sangat terkejut. Tampak seorang pria bertubuh tinggi tengah berdiri di depan pintu dan menatapku dingin. Cukup lama kami saling bertatapan dan diam dalam posisi masing-masing. Tidak lama kemudian dia segera berjalan menghampiriku dengan wajah tenang. Dengan tetap memegang ganggang telefon, aku terus memandang pria itu yang terus menghampiri meja kerjaku.

Pria itu akhirnya berhenti dan meletahkan map berwarna kuning di atas meja kerjaku, “Kau menjatuhkan ini di lobby.”

Dengan perasaan bingung, suaraku berlahan keluar “Siapa kau?”

Dia terdiam sesaat dengan kening yang di kerutkan, namun akhirnya dia keluar dari ruanganku segera tanpa menjawab pertanyaanku. Aku kembali terdiam seraya melihat pria tinggi itu pergi keluar dari ruanganku. Meski dalam kebingungan, aku mencoba tersadar dan melihat kearah map kuning yang pria itu berikan padaku. Aku segera membuka map kuning itu dan ternyata itu dokumen yang aku kira tertinggal di rumah. Ya Tuhan. Tapi siapa pria tadi?

Tidak mau berlama-lama larut dalam kebingungaan, aku segera menghidupkan komputerku dan membuat beberapa lembar laporan untuk kasus sebelumnya.

TOK TOK TOK

“Masuk!”

Min Woo Young tiba-tiba muncul dari balik pintu “Ketua, rapat kita sudah bisa dimulai?”

“Ah ya, panggil anggota lain.”

“Baik ketua.” Diapun segera kembali menghilang dari depan pintu dan segera kembali bersama ketiga anggota lainnya termasuk pria tadi.

Aku sedikit terdiam memperhatikan pria tadi, kemudian melihat kearah map yang berisi dokumen anggota detektif kantor ini dan menemukan profil pria itu di lembat anggota baru. Aku baru ingat jika pria itu bernama Wu Yi Fan, anggota baru yang aneh dari kantor hongkong.

Mereka berempat segera duduk di kursi yang ada di depan mejaku. Sesaat kami masih fokus pada map kasus hari ini dan menimbulkan suara berisik dari lembaran kertas yang dibuka satu persatu. Beberapa kali aku memperhatikan seluruh anggota yang sedang melihat dokumen masing-masing, namun hanya anggota baru itu saja yang tidak membuka dokumennya dan dia terus memperhatikanku.

“Ketua, aku masih berpendapat bahwa ini adalah pencurian.” Min Woo Young mulai memecah keheningan diantara kami semua. Tatapanku pun beralih kearah pria yang bertubuh tambun itu.

“Detektif Min, aku sungguh tidak sependapat denganmu. Beberapa bukti yang tertera di sini, semua CCTV aktif pada pukul 10 malam keculai CCTV yang ada lantai dua. Ini jelas sekali di lakukan oleh orang dalam yang tahu seluk beluk rumah.” Jang Go Ryung membantah ucapan rekan satu timnya.

“Aku lebih sependapat dengan detektif Min, aku yakin ini pencurian yang tidak sengaja di pergoki oleh korban. Melakukan pembunuhan agar korban tidak berteriak dan melapor kepolisi. Aku sangat yakin ini pencurian yang dilakukan oleh lebih dari satu orang. Mungkin ini juga ada kerja sama dengan orang dalam.” Do In Myung juga ikut menimpali perdebatan ini.

Aku tahu perdebatan ini akan segera terjadi sebelum datang ke TKP. Aku sangat kenal dengan semua detektif yang ada di kantor ini. Mereka sangat cerdas dalam menganalisis kasus dan memiliki argumentasi yang sangat kuat saat berdebat. Tapi pada akhirnya, semua aku dan orang-orang yang jadi ketua tim saat ini yang nantinya akan memecahkan kasus-kasus yang tim kami lakukan. Aku bukan tidak ingin berkomentar dan memberi argument apapun. Tapi aku lebih suka jika mengumpulkan semua argument dan bukti-bukti yang ada di lapangan secara langsung kemudian mengumpulkan keterangan dari orang-orang yang mencurigakan bagiku. Tapi berbeda dengan kebanyakan detektif di sini. Mereka hanya terlalu sering berdebat dan mempertahankan argument mereka.

Mereka masih terus berdebat satu sama lain. Aku hanya melihat mereka tanpa berkomentar apapun. Namun tiba-tiba Do In Myung melihat kearah lain selain kedua rekannya, tepatnya kearah Wu Yi Fan. Aku melihat mereka sekilas. Tatapan mereka bertemu dan Do In Myung tersenyum malu karenanya.

“Huh!!! Dasar wanita genit.” Umpatku dalam hati dan memalingkan pandanganku dari mereka berdua.

“Tuan Wu, Eheem. Tak apa aku panggil begitu.” Suara itu membuatku melihat kembali kearah pemilik suara, begitu juga yang lainnya dan berhenti bicara. “Kenapa anda tidak berkomentar? Anda pasti punya pendapat sendirikan?” suaranya terdengar dibuat-buat.

Kini semua mata tertuju pada detektif Wu, begitu juga denganku. Wajahnya terlihat sangat tenang dan tatapannya tertuju pada detektif Do yang menantikan jawabanya.

“Aku tak suka berargument seperti kalian, itu tak berguna dan membuatku lelah. Jujur aku tidak suka kerja dalam tim. Maaf. Kalian lanjutkan saja, aku hanya melihat.” Ucapnya dingin.

Aku tidak berkomentar dan tidak bereaksi dengan apa yang baru saja aku dengar, aku hanya memperhatikan mimik wajah detektif Wu yang tetap tenang meski sudah mengucapkan kata-kata cukup mengerikan itu. Aku sangat yakin ketiga orang yang ada di ruangan itu sangat terkejut mendengar ucapan seperti ini. Sebenarnya ini pertama kalinya aku mendengar seseorang berkata terlalu frontal seperti yang dia lakukan, bahkan aku lebih baik diam dari pada harus berkomentar se-frontal itu meski sebenarnya aku tidak suka dengan semua orang yang ada di sekitarku.

Aku kembali melihat ketiga anggota tim lainnya yang masih terdiam mendengar ucapan tadi. Akupun menghela nafas panjang seraya memejamkan mataku sesaat. Aku segera memecah keheningan diantara kami semua “Baiklah kalau itu mau anda detektif Wu. Sebaiknya kita segera pergi kelokasi. Kita sudah dapat surat penyelidikan dari ketua bagian kriminal kepolisian Seoul” ucapku seraya menata semua berkas yang ada di atas mejaku, “detektif Min, anda bisa meminta Song Ahjussi untuk menyiapkan kendaraan kita. Tapi sebelumnya kita akan membagi jadi dua tim lagi. Detektif Jang, detektif Do dan detektif Wu kalian satu tim, sedangkan detektif Min akan satu tim denganku. Kalian bisa kembali ketempat masing-masing dan menyiapkan semua perlengkapan yang di perlukan.”

Mereka segera membereskan barang-barang mereka bersamaan dengan ucapanku tadi, namun tiba-tiba saja detektif Wu memecah kesibukan semua orang di ruangan itu, “aku menolak.” Semua orang kini kembali melihat kearahnya.


Bersambung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Fan Fiction

Fanfiction EXO