IN MY EYES



Chapter 2

Ketika malam tiba, sebagian besar orang lebih memilih berada di rumah bersama keluarga mereka atau pergi belanja bersama teman-teman mereka ke pusat-pusat perbelanjaan yang sedang menawarkan diskon special tengah malam atau memilih pergi kencan dengan pacar mereka menikati malam berdua di awal musim dingin ini – setidaknya itu yang aku tahu dari teman-temanku di sekolah ketika mereka sedang melakukan aktifitas pada malam hari –

Mungkin hanya aku yang tidak pernah melakukannya sejak masuk sekolah menengah. Aku terlalu sibuk untuk sekedar bersenang-senang seperti itu. Ada hal yang lebih penting yang harus aku lakukan, tentunya bersama Kyung Soo. Kami berdua harus berburu hantu, kami harus mensucikan arwahnya. Berdua? Tidak, kami tetap di temani paman malaikatku walau dalam hitungan manusia “normal” kami hanya berdua. Kami selalu melakukannya pada malam hari supaya tak ada yang mengetahui aktifitas kami ini. Dimanapun itu saat ada hantu yang mengganggu, kami akan kesana untuk menyucikan arwahnya. Tentunya pada malam hari.

Hari ini pun kami akan melakukannya dan tempatnya di sekolah kami. Beberapa hari yang lalu, seorang siswi mengalami penyerangan fisik yang terjadi tepat di saat jam pelajaran berlangsung, kemungkinan itu dilakukan oleh mahluk tak kasat mata alias hantu. Siswi itu mengalami lebam di beberapa bagian tubuhnya termasuk wajahnya. Sampai saat ini siswi itu masih di rawat di rumah sakit karena shock.

“Nae-aa, kau sudah siap? Kau tak perlu berdandan, semua hantu masih suka padamu jadi kau tak perlu tampil cantik.” Teriak Kyung Soo dari luar kamarku.

Ndee aku sudah siap.” Ucapku sambil berjalan keluar kamar. Aku selalu tampil seperti ini, rambut di kucir tinggi, kaos dan mantel putih, celana jeans biru panjang dan sepatu cats putih. Jujur sih sebenarnya aku lebih suka warna hitam atau sesuatu yang bernuansa gelap, tapi warna itu hanya boleh di pakai oleh Kyung Soo – perintah dari kakek kami – “Kau tak bisa sekali-sekali memujiku Soo-aa, sampai tugasku selesai tidak akan ada yang menyukaiku termasuk hantu. Puas!!!” Ucapku ketis pada Kyung Soo saat keluar dari kamar.

“Bagus lah kalau kau sadar.” Ucap Kyung Soo ketus setelah memandangku cukup lama. Malam ini pun dia tampil seperti biasa, rambutnya di tata rapi dengan poni menutupi keningnya, kaos dan mantel hitam, celana jeans dan sepatu cats hitam.

Nde aku sudah sadar dari dulu, hanya kau yang belum sadar.” Ucapku ketus sambil berjalan mengambil peralatan yang kami butuhkan di atas kursi tamu.

“Sadar? Aku sudah lama sadar kalau aku…” Ucap Kyung Soo yang berjalan keluar dari dapur lalu tiba-tiba menghentukan ucapannya.

“Kalau apa?” Ucapku sambil melihat kearahnya dengan tampang datar. Kyung Soo tak melihat kearahku dan berjalan kembali ke arah dapur.

“Sudah lah kalian ini seperti anak kecil saja, selalu bertengkar. Kapan kalian akurnya?” Ucap ibu yang sedang nonton tv bersama ayah.

“Maaf bu, kami berangkat dulu ya.” Ucap Kyung Soo yang langsung berjalan menuju pintu depan dan aku menyusulnya dari belakang.

“Iya berhati-hatilah. Kalau terjadi sesuatu hubungi kami segera.” Ucap ibu yang juga berjalan menuju pintu depan.

Ndee eomma, appa. Kami berangkat dulu ya.” Ucapku sambil berjalan keluar rumah bersama Kyung Soo.

Kali ini kami berjalan bersebelahan, berbeda waktu kami berangkat sekolah. Tapi kami masih tak banyak bicara seperti saat berangkat sekolah. Ketika kami bicara yang keluar dari mulut kami hanya celotehan yang memicu pertengkaran, karena itu lah kami tak pernah banyak bicara saat di luar rumah.

Sesampainya di sekolah, suasana di sana benar-benar sepi. Aku yakin tidak hanya sekolahku saja yang sepi saat malam hati, tapi sekolah di seluruh penjuru dunia juga pasti sangat sepi pada malam hari. Kami masuk kesekolah melalui gerbang belakang. Disana sangat jarang ada orang yang mau lewat karena cukup menakutkan saat malam hari. Belum masuk kedalam gerbang saja kami sudah di genggui oleh hantu-hantu yang penasaran, apa lagi sudah masuk, mereka pasti akan menganggku kami dengan jumlah yang lebih banyak lagi. Baru beberapa saat kami masuk, sudah berapa kali mereka membuatku kaget dengan muncul di depanku tiba-tiba. Hingga  pada akhirnya aku jatuh terduduk saat salah satu hantu muncul tepat di depanku.

“Aaaaa.” Teriakku saat hantu itu muncul dan membuatku jatuh.

Yaa!!! Apa yang kau lakukan? Kau membuatku kaget, pabbo.” Ucap Kyung Soo yang berbalik melihatku dengan wajah terkejut. Aku bisa membayangkan bagaimana perasaannya sekarang, dia pasti benar-benar terkejut. Terlihat dari wajahnya yang merah padam.

Mianhae, aku benar-benar terkejut tadi. Jeongmal Mianhae.” Ucapku sambil berusaha bangkit. Tiba-tiba Kyung Soo mengulurkan tangannya.

“Cepat bangun. Aku tidak mau terlalu lama di sini. Mereka mengganggu.” Ucap Kyung Soo ketus. Aku pun meraih tangannya dan bangkit keposisiku semula. “Jangan lepaskan tanganku.” Ucap Kyung Soo lagi sambil mulai berjalan kembali. Dia selalu seperti ini saat aku membuatnya terkejut dengan teriakkanku, dia pasti takut aku akan membuatnya terkejut lagi untuk kedua kali.

Kami pun kembali berjalan menyusuri koridor-koridor sekolah yang lampunya menyala redup. Banyak sekali hantu di sana tapi bukan mereka yang kami cari, melainkan hantu yang mengganggu siswi sekolah kami itu.

Cukup lama kami berkeliling sekolah hingga akhirnya kami menemukan hantu yang kami cari. Dia sedang duduk di salah satu kursi kelas di lantai dua. Tatapannya tajam melihat lurus ke depan, rambutnya acak-acakan dan tubuhnya penuh dengan darah termasuk wajahnya. Aku, Kyung Soo dan paman malaikat bergerak berlahan mendekatinya dengan posisi paman malaikat berada 3 langkah di depan kami. Saat kami sudah berada di dekatnya,

“Kenapa kau ada disini?” Tanyaku pada hantu itu untuk membuatnya melihat padaku namun tidak ada jawaban dan dia masih dalam posisi diam. “Permisi. Kenapa kau di sini?” Tanyaku lagi sambil berjalan semakin dekat untuk melihat wajahnya dengan jelas. Aku berusaha mengajaknya berkomunikasi lagi, namun tak ada jawaban. Aku pun meletakkan secarik kertas mantra di tangan kirinya lalu kembali menjauh darinya dan berjalan menghampiri Kyung Soo yang sebelumnya sudah menyiapkan peralatan ritual.

“Oke Kyung Soo kita mulai saja.” Ucapku sambil berdiri di depan Kyung Soo. Dia memegang pundakku dan kami pun memulai ritual penyucian hantu itu. “(mengucap mantra – maaf aku tak tau mantranya hehe) wahai arwah penasaran dan belum menemukan tempat di surga, pandang kemari dan lihat lah padaku. Kau akan temukan kedamaian bersamaku.” Ucapku pada hantu itu sambil mengarahkan telapak tanganku padanya. Namun tidak berhasil. Dia tidak dia tidak bereaksi sedikitpun. Biasanya setelah aku mengucapkan mantra itu, mereka akan langsung melihat padaku. “Apa yang terjadi?” Ucapku merubah posisiku.

“Ada apa? Kau nggak salah baca mantra kan?” Ucap Kyung Soo yang berjalan ke sampingku.

“Aku nggak pernah salah baca mantra. Ayo coba sekali lagi.” Ucapku sambil kembali ke posisi semula dan di susul oleh Kyung Soo yang juga kembali keposisinya semula. “( mengucap mantra lagi ) wahai arwah penasaran dan belum menemukan tempat di surga, pandang kemari dan lihat lah padaku. Kau akan temukan kedamaian bersamaku.” Aku kembali mengucapkan mantra itu sebanyak tiga kali dan tetap tidak ada reaksi dari hantu itu. Dia masih tak bergeming dengan apa yang kami lakukan.

“Apa yang terjadi? Kenapa dia masih diam saja? Kau kenapa? Kau pasti salah membaca mantranya?” Teriak Kyung Soo padaku.

“Semua sama seperti biasanya. Kenapa kau menyalahkanku? Kau yang nggak konsentrasi.” Teriakku pada Kyung Soo sambil berbalik melihat Kyung Soo.

“Aku sudah sangat-sangat berkonsentrasi. Jangan menyalahkanku. Jelas-jelas kau yang salah baca mantra.” Teriak Kyung Soo membalas ucapanku tadi.

Yaa!!! Aku tak pernah salah baca mantra, kau yang tidak konsentrasi.” Teriakku lagi.

“Sudah lah jangan bertengkat.” Teriak paman malaikat yang masih berdiri di belakang hantu itu dan melepaskan pandangannya dari sang hantu. Lalu tiba-tiba …

BRUUUG!!!

“Aaaaa…” Teriakanku dan Kyung Soo terdengar sangat keras ketika tiba-tiba saja tubuh kami terhempas ke dinding kelas. Aku merasa sakit di bagian perutku, seperti ada yang memukulku dengan sangat keras. Aku rasa Kyung Soo juga mengalami hal yang sama, aku melihat darah segar keluat dari bibir Kyung Soo.

“Agghhh, apa yang terjadi?” Ucap Kyung Soo sambil berusaha bangkit.

“Aku nggak tau. Perutku sakit.” Ucapku sambil berusaha berdiri juga dan di bantu oleh Kyung Soo yang sudah berdiri dengan sempurna.

Ditengah rasa sakit yang kami rasakan, aku merasakan aura yang sangat mengerikan, perpaduan antara aura kemarahan dan kesedihan yang teramat dalam. Tiba-tiba saja tubuhku terasa sangat lemas bahkan menggigil. Aku mencari asal aura yang ku rasakan ke seluruh kelas dan mataku akhirnya menemukan asal aura mengerikan itu. Hantu itu kini sudah melihat kearah kami. Tatapannya tajam, penuh kemarahan dan kesedihan yang begitu dalam.

Di dalam kelas itu kini hanya ada aku, Kyung Soo dan hantu wanita itu saja. Untuk beberapa saat aku hanya bisa terpaku melihat tetapan hantu itu. Aku tak tau itu terjadi juga pada Kyung Soo atau tidak tapi yang jelas dia lah yang menyadarkanku.

“Nae-aa sadar lah. Kita harus cari tempat lain untuk melakukan ritual itu.” Ucap Kyung Soo sambil menarik tanganku untuk keluar dari kelas. Kami berdua pun akhirnya keluar kelas sambil berlari dengan cukup kencang. Kami berusaha pergi sejauh mungkin dari kelas dan mencari tempat yang aman.

“Soo-aa kita ke atap, aku rasa…disana cukup aman.” Ucap dengan nafas yang terengah-engah.

“Baiklah, lewat sini.” Ucap Kyung Soo sambil terus memegang tanganku dengan erat. Kami berlari menuju tangga yang letaknya cukup jauh dari kelas tadi.

Meski sudah berlari cukup jauh, namun aura mengerikan itu masih bisa ku rasakan, bahkan tak berkurang sedikitpun seolah-olah hantu itu tepat di sampingku. Sepanjang perjalanan menuju atap, tidak terlihat satu pun hantu di sana termasuk paman. Aku rasa mereka semua ketakutan karena aura ini.

“Kau masih…kuat kan?” Ucap Kyung Soo masih berlari di depanku dengan nafas yang terengah-engah.

“Ya aku masih…kuat.” Ucapku dengan nafas yang juga terengah-engah.

Kami masih terus berlari hingga tangga menuju lantai 4, namun karena tidak berhati-hati aku tersandung anak tangga yang akan aku pijak.

“Aaaaa.” Aku berteriak saat tubuhku jatuh di lantai yang datar di antara tangga dan lagi-lagi membuat Kyung Soo terkejut.

Yaa!!! Kau tak bisa hati-hati kalau jalan.” Teriak Kyung Soo padaku sambil meraih tanganku untuk mengajakku kembali berlari. Namun aku tak sanggup berdiri karena kini sang hantu sudah ada tepat di tangga yang sudah kami lewati tadi. Kyung Soo masih berusaha menarikku untuk berlari. Awalnya berhasil, namun saat akan menginjakkan kaki pada anak tangga terakhir, aku kembali terjerembab dan kali ini bukan karena kelalaianku.

Hantu itu sudah berada tepat di belakangku dan memelukku dari belakang seakan ingin mengajakku pergi. Aku terjatuh tepat saat Kyung Soo menoleh padaku.

“Kyung Soo.” Aku berteriak memanggil nama Kyung Soo dan mungkin aku jatuh di pelukannya. Aku tak tau apa yang terjadi pada Kyung Soo dan tubuhku.

*POV, Nae Yeol

Semua gelap, tak ada yang bisa aku lihat. Itu lah yang ku lihat saat tersadar – mungkin – Tak ada cahaya sedikitpun di sana. “Apa aku sudah bangun? Ini di mana? Kyung Soo kau dimana?” hanya kata-kata itu lah yang ku ucapkan sambil terus berjalan mencari sesuatu yang bisa menerangi jalanku. Aku terus berjalan di tengah kegelapan meski tidak ada yang bisa aku dapatkan untuk menerangi jalanku.

Di tengah usahaku untuk mencari cahaya, tiba-tiba aku mendengar suara orang yang sedang menangis di iringi kilau cahaya redup dari arah belakangku. Suara tangisan itu sangat membuat tulangku terasa ngilu bahkan sampai ke lubuk hatiku, seolah-olah aku sendiri yang sedang menangis. Aku pun berjalan mendekati cahaya itu, aku yakin suara itu juga berasal dari sana. Semakin dekat aku dengan cahaya itu, makin terdengar jelas suara tangisan yang aku dengar tadi dan membuat hatiku semakin terasa ngilu.

Ketika aku sampai di tempat itu, aku melihat seorang wanita sedang duduk dan membelakangiku. Aku sangat yakin dia lah orang yang mengeluarkan suara tangisan yang memilukan itu. Aku berjalan semakin dekat kearah wanita itu dan saat aku sudah berada di belakangnya, tiba-tiba saja dia berbalik kearahku. Tentu hal itu membuatku terkejut dan mundur beberapa langkah. Rambutnya berantakan, wajahnya pucat, terlihat darah mengalir deras dari matanya bersama air -  aku yakin itu air matanya – dan keadaannya benar-benar menyedihkan. Dia masih terus menangis dan mengeluarkan banyak darah dari matanya. Hatiku benar-benar terasa sakit mendengarnya.

Perlahan aku mulai mendekatinya kembali dan dia hanya menatapku sambil terus menangis. Aku beranikan diriku untuk memegang tangannya yang sangat dingin. Aku terus memegang tangannya dengan erat dan menutup mataku untuk mencoba melihat kedalam wanita itu.

Tiba-tiba saja aku menangis ketika aku melihat kedalam diri wanita itu. Semakin dalam aku berusaha masuk, semakin deras pula air mataku mengalir.


**********

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Fan Fiction

Fanfiction EXO